REVIEW JURNAL
JUDUL : Perfomance and
Commitment: Issue in Manajement of Volunteers in
Human Service Organizations
Human Service Organizations
PENULIS : Ram A. Cnaan and Toni
Cascio
VOLUME : 24
HALAMAN : 1-37
TAHUN : 1998
REVIEWER : Nurhalimatu Syadiah
1.
LATARBELAKANG:
Relawan
memberikan kontribusi yang signifikan bagi masyarakat Amerika, hampir setiap
tahun setengah dari seluruh orang dewasa di Amerika menjadi relawan untuk
membantu orang lain (Hodgkinson & Weitzman, 1992). HSO (Human Service Organization) mengalami kesulitan karena pada tahun
1990 terjadi kendala anggaran di Amerika karena politik yang konservatif yang
dimulai dari pemerintahan Reagan dan Bush ada tahun 1980-an, terjadi perubahan
yang tajam dalam pendanaan pemerintahan, pemotongan data tak terelakan lagi. Hal
ini menempatkan HSO dalam tekanan yang besar dimana sumber daya mereka terbatas
karena adanya tekanan pajak dan kebutuhan akan relawan yang meningkat di
masyarakat. Salah satu cara bagi HSO untuk memenuhi tantangan ini adalah dengan
mendorong lebih banyak lagi kesukarelaan (Brudney, 1989; Cnaan, 1990;
Schilling, Schinke, & Weatherly, 1988). Ketergantungan pada relawan selama
dua dekade terakhir telah mendorong pertumbuhan administrasi sukarela, terutama
di rumah sakit dan badan kesejahteraan sosial (Brudney, 1992; Ellis &
Noyes, 1990; Naylor, 1985; Smith & Berns, 1981; Stubblefield & Miles,
1986; ).
Namun,
banyak administrator sukarelawan lama telah melaporkan bahwa pendidikan mereka
tidak memenuhi atau mempersiapkan mereka untuk posisi mereka sebagai
sukarelawan (kurangnya tingkat pengetahuan dan pendidikan) (Brudney, 1992;
Stubblefield & Miles, 1986), dan bahwa mereka memerlukan lebih banyak
pengetahuan dan pelatihan di bidang-bidang seperti perekrutan relawan,
motivasi, retensi, penghargaan, dan pengawasan (Brudney, 1992). Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk memberikan administrator relawan dan ilmuwan
tindakan sukarela dengan beberapa jawaban atas pertanyaan tentang bagaimana
kerja sukarela di HSO dapat dikelola secara efektif.
Peneliti
berpendapat bahwa ada perbedaan yang inheren antara pekerjaan yang dibayar dan pekerjaan
yang sukarela (tanpa bayaran). Selain itu penelitian ini juga menyoroti
mengenai kinerja dan komitmen sukarelawan (Volunteer), seperti yang dijelaskan
oleh Brudney (1990) telah mencatat bahwa kinerja relawan, seperti karyawan
berbayar, bervariasi, dan tantangannya adalah menilai faktor apa yang
berkontribusi pada kinerja dan komitmen yang lebih baik. Relawan bisa sangat
efektif dalam menjalankan tugas tertentu dalam suatu organisasi. Namun,
administrator relawan dan ilmuwan sama-sama memiliki sedikit pengetahuan
tentang bagaimana meningkatkan kinerja dan komitmen, karena hanya sedikit
penelitian yang membahas aspek penting dari kesukarelawanan ini.
Smith
(1994) selanjutnya mengusulkan agar lima set variabel dipertimbangkan dalam
penelitian, kumpulan variabel ini adalah: konteks, latar belakang sosial,
kepribadian, sikap, dan situasi. Dalam pencarian literatur peneliti menemukan,
bahwa beberapa variabel ini saling tumpang tindih. Oleh karena itu, peneliti menggabungkan
variabel tersebut menjadi: a) kontekstual dengan variabel demografi, b)
variabel kepribadian dan sikap. Dan c) variabel situasional.
2.
METODE:
a.
Responden:
Populasi sampel terdiri dari 510 sukarelawan dari 105 HSO (Human Service Organization) di Philadelphia, Pennsylvania, Chapel
Hill, North Carolina, dan pulau Rhode. Untuk HSO yang diwakili dalam penelitian
ini adalah panti jompo, rumah sakit, sekolah, program untuk lansia, program untuk
‘Big Brother dan Big Sister’, layanan wanita, layanan untuk tuna wisma, dan
program penjara. Sampel di masing-masing wilayah didasarkan pada daftar atau
list agen layanan sosial. Mereka yang memenuhi syarat untuk menjalani penelitian
ini adalah sukarelawan yang telah bekerja dalam periode enam bulan sebelum di wawancara,
atau setidaknya telah memberikan pelayanan langsung selama satu jam (membantu
individu (perorangan) atau kelompok yang membutuhkan) setidaknya dilakukan sekali
seminggu dalam HSO.
b.
Karakteristik
sampel atau responden: Berusia antara 15-86 tahun, dengan
usia rata-rata 50,6 tahun. Kira-kira 43 persen berusia 60 tahun ke atas. Populasi
sampel relawan sebagian besar adalah wanita dan orang-orang yang bekerja paruh
waktu (tidak full time).
c.
Prosedur:
Wawancara secara tatap muka, biasanya dilakukan selama satu jam lamanya,
dilakukan dalam tiga tahap, yaitu: Februari-Maret 1989, Januari-Februari 1990,
dan Januari-Maret 1991. Pada tahap pertama, 117 sukarelawan diwawancarai; Pada
fase kedua, 141 relawan; dan di tahap akhir, 252 relawan. Semua wawancara
dilakukan oleh mahasiswa penelitian pascasarjana di University of Pennsylvania
School of Social Work. Untuk memastikan keseragaman mereka dalam pengumpulan data,
kami mewajibkan siswa (Interviewer)
untuk menghadiri lima sesi pelatihan yang mencakup Role Playing, diskusi mengenai Problematic
questions, dan diskusi mengenai interpretasi tanggapan yang ambigu. Tetapi ada
penolakan yang sangat rendah di sini, kurang dari tiga persen dari mereka yang
didekati untuk berpartisipasi menolak untuk diwawancarai. Hal ini karena pada
penelitian ini menggunakan sampel dengan ukuran besar dan hal tersebut mungkin
terjadi karena tidak adanya randomisasi dari sampel, karena biaya untuk Random sampling
dirasa sangat mahal.
Tetapi
tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan di antara responden dari tiga
lokasi geografis. Karena peneliti hanya mengumpulkan data dari waktu ke waktu dan
berpindah dari satu agen ke agen lainnya, sehingga peneliti tidak dapat menguji
efek waktu.
d.
Instrumen:
Dari hasil wawancara dan penyebaran kuesioner, data yang dilaporkan dalam
penelitian ini dikumpulkan sebagai dasar untuk penelitian yang lebih
komprehensif mengenai sukarelawan. Kuesioner penelitian terdiri dari empat
bagian utama:
1) Variabel
mengenai latar belakang subjek (demografis)
2) Skala
Motivasi terhadap Relawan (MTV)
3) Penilaian
pengalaman relawan (misalnya, Perekrutan, penyaringan, orientasi, pengawasan,
aktivitas yang dilakukan, penghargaan, dan kepuasan dari aktivitas sukarelawan)
4) Skala
sosial-psikologis termasuk lokus kontrol internal eksternal, menyukai orang,
kepuasan hidup, motivasi intrinsik-religius, dan harga diri.
Peneliti fokus pada tiga variabel dependen
dari komitmen dan kinerja: Lama tinggal dengan agen (Tenure), Jumlah jam kerja relawan per bulan (Comitment), dan kepuasan relawan.
1) Untuk
mengukur masa kerja peneliti bertanya: "Sudah berapa lama Anda
berpartisipasi dalam program ini?" dan mengukur jawabannya dalam beberapa
bulan.
2) Untuk
menentukan komitmen peneliti bertanya "Berapa hari dalam sebulan Anda
menjadi sukarelawan program ini?" dan "Kira-kira berapa jam yang Anda
investasikan setiap kali Anda datang untuk menjadi sukarelawan?" peneliti kemudian
melipat gandakan jawabannya dan mengukurnya dalam hitungan jam.
3) Untuk
mengukur kepuasan relawan, peneliti menggunakan skala Likert dengan lima
kategori mulai dari 1 (sangat setuju) sampai 5 (sangat tidak setuju).
3.
HASIL
DAN PEMBAHASAN:
Temuan
utama peneliti adalah variasi variabel kinerja relawan, terutama kepuasan dan masa
jabatan relawan, dapat dijelaskan oleh pelaksana manajemen relawan . Sebagai
contoh, beberapa variabel yang digunakan dalam tiga model regresi peneliti
adalah variabel demografis yang mungkin relevan untuk pelaksanaan perekrutan.
Namun, tidak ada variabel demografis yang terkait secara signifikan dengan
komitmen. Usia dikaitkan dengan kepuasan dan masa jabatan relawan. Temuan ini
sesuai dengan penelitian sebelumnya, yaitu bahwa bagi orang tua, relawan dalam
dan dari dirinya sendiri adalah sumber kepuasan; Dengan demikian, mereka sering
lebih berkomitmen dan loyal (Cnaan & Cwikel, 1992; Fischer & Schaffer,
1993; Gillespie & King, 1985).
Peneliti
menemukan bahwa dalam analisis bivariat, sepuluh variabel latar belakang
demografi yang berbeda dikaitkan secara signifikan dengan variabel kinerja dan
komitmen. Namun, hanya usia, pengaturan hidup, dan ras yang memasuki analisis
regresi berganda. Variabel pendapatan, status pekerjaan, dan pendidikan, yang
termasuk dalam pendekatan status dominan, tidak masuk di salah satu dari banyak
regresi. Peneliti juga hanya menemukan dukungan lemah terhadap pendekatan
investasi pribadi. Ini mungkin menunjukkan bahwa pendekatan status dominan dan
pendekatan investasi pribadi lebih relevan untuk siapa yang menjadi
sukarelawan; Namun, sekali seseorang menjadi relawan, dia akan tampil terlepas
dari status sosial atau investasi pribadi. Temuan ini bertentangan dengan
hipotesis pertama peneliti. Dimasukkannya beberapa variabel independen
memungkinkan bahwa pendekatan status dominan dan pendekatan investasi pribadi
memiliki nilai yang sangat terbatas untuk kinerja dan komitmen relawan dalam
HSO.
Dari
dua ciri kepribadian yang masuk salah satu dari tiga model regresi peneliti,
hanya MTV(Motivation to Vounteer)
yang merupakan bagian dari hipotesis kedua peneliti, dikaitkan dengan lebih
dari satu variabel kinerja (komitmen dan kepuasan relawan). Peneliti
berpendapat bahwa MTV mungkin tampak lebih relevan untuk perekrutan relawan
daripada untuk pengelolaan relawan karena dapat membantu administrator relawan
menilai jenis relawan yang mereka inginkan. Seperti Zeigenhaft, Armstrong,
Quintis, dan Riddick (1993) menyimpulkan: "Tampaknya relawan terbaik
adalah mereka yang benar-benar ingin menjadi sukarelawan, dan yang terlemah
adalah mereka yang ada karena sebuah tugas atau rekrutmen ". Dengan
demikian, peneliti menemukan beberapa dukungan untuk hipotesis kedua, bahwa MTV
(relawan yang lebih termotivasi) dikaitkan dengan kepuasan dan komitmen
relawan. Namun, dari semua ciri dan sikap kepribadian lainnya, hanya ‘Liking people’ yang terkait dengan
variabel kinerja dan komitmen (kepuasan relawan).
Peneliti
menemukan dukungan terbesar untuk hipotesis situasional (manajerial); Artinya,
beberapa aspek pengelolaan relawan dan struktur agensi mempengaruhi kepuasan, masa
jabaatan, dan komitmen relawan. Temuan ini menunjukkan bahwa administrator
relawan mungkin dapat mempengaruhi kinerja dan komitmen relawan HSO, seperti
administrator relawan dapat mempengaruhi komitmen (jumlah jam kerja relawan). Apapun
penjelasannya, temuan tersebut tidak mendukung hipotesis kedua peneliti yang
menunjukkan bahwa lebih banyak aktivitas manajerial akan meningkatkan masa
kerja dan produktivitas.
Dari
variabel kinerja yang diteliti, kepuasan kerja relawan menunjukkan hasil yang
menarik. Meskipun 13 dari 17 secara signifikan dikaitkan dengan kepuasan relawan
dalam analisis bivariat, hanya ‘ucapan terima kasih’ dan ‘juga kuliah di dalam
rumah’ disertakan dalam persamaan regresi. Selain itu, variabel agregat dari
jumlah ‘penghargaan simbolis’ memasuki persamaan yang menjelaskan variabilitas
kepuasan relawan, tidak satu pun dari dua praktik manajerial, berhasil mencapai
persamaan regresi akhir yang menjelaskan variabilitas kepuasan relawan. Temuan
ini, dengan demikian, menunjukkan bahwa demografi (umur, pengaturan hidup, dan
ras) dan ciri kepribadian (MTV dan orang yang menyukai) paling penting dalam
menjelaskan kepuasan relawan.
Peneliti
juga tidak menemukan korelasi yang signifikan antara kepuasan dan komitmen
relawan (r = .007, p> 0,05). Masa jabatan secara signifikan, namun lemah,
berkorelasi dengan komitmen (r = .14, p. <01) dan kepuasan relawan (r = .19,
p <.05). Meskipun dua dari tiga korelasi itu signifikan, mengingat ukuran
sampel yang besar, korelasi yang rendah membenarkan inklusi terpisah mereka dalam
penelitian
4.
KELEBIHAN:
a.
Peneliti menjelaskan penelitiannya mulai
dari sampel, metode dan hasil dari penelitian secara lengkap
b.
Hasil penelitian dapat dikembangkan lagi
pada penelitian selanjutnya dengan tema yang sama
5.
KEKURANGAN:
a.
Tidak adanya randomisasi dalam pemilihan
sampel
b.
Peneliti tidak memiliki daftar pasti
dari sukarelawan utama di HSO (Human
Service Organization)
c.
Penelitian dilakukan dalam jangka waktu
yang cukup panjang
d.
Peneliti masih kekurangan bukti untuk
membenarkan hipotesisnya
Komentar
Posting Komentar